tempat untuk belajar mengenal dunia tentang ayam
  • NUSARESEARCH

    Dapatkan uang atau pulsa hanya dengan mengikuti survei online Sudah terbukti di bayar, so.... buruan ikutan surveynya

  • Enter Slide 2 Title Here

    This is slide 2 description. Find these sentences in Edit HTML and replace with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...

  • Enter Slide 3 Title Here

    This is slide 3 description. Find these sentences in Edit HTML and replace with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...

Thursday, March 21, 2013

Posted by Unknown on 2:37 PM in | 4 comments
Penyakit pada unggas pada dasarnya dibagi menjadi 3, yaitu:
  • penyakit yang disebabkan oleh Bakteri
  • penyakit yang disebabkan oleh Virus
  • penyakit yang disebabkan oleh Parasit dan Protozoa

INFEKSI BAKTERI

1. Snot/Coryza
Disebabkan oleh bakteri Haemophillus gallinarum. Penyakit ini biasanya menyerang ayam akibat adanya perubahan musim. Perubahan musim biasanya mempengaruhi kesehatan ayam. Snot banyak ditemukan di daerah tropis. Penyakit ini menyerang hampir semua umur ayam. Angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ini mencapai 30% tetapi angka morbiditas atau angka kesakitannya mencapai hingga 80%. Snot bersifat kronis, biasanya berlangsung antara 1-3 bulan. Ayam betina berumur 18-23 minggu paling rentan terhadap penyakit ini. Namun menurut pengalaman kami, ayam berumur kurang dari 16 minggu mempunyai angka kematian yang cukup tinggi jika terkena penyakit ini. Sedangkan ayam yang sedang bertelur dapat disembuhkan tetapi produktivitas telur menurun hingga 25%. Penularan Snot dapat melalui kontak langsung, udara, debu, pakan, air minum, petugaskandang dan peralatan yang digunakan.
Dari berbagai referensi yang kami dapatkan gejala penyakit Snot pada ayam adalah sbb:
  • ayam terlihat mengantuk, sayapnya turun
  • keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas
  • muka dan mata bengkak akibat pembengkakan sinus infra orbital
  • terdapat kerak dihidung
  • napsu makan menurun sehingga tembolok kosong jika diraba
  • ayam mengorok dan sukar bernapas
  • pertumbuhan menjadi lambat.
Pengobatan Snot yang diberikan adalah preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathiazole, menurut beberapa penulis penyakit ini dapat diobati dengan antibiotika seperti Ultramycin, imequil atau corivit. Kami menggunakan preparat enrofloksacyn atau lebih dikenal dengan Enflox produksi SHS dan saat ini kami sedang mencoba menggantinya dengan preparat amphycillin dan colistin atau lebih dikenal dengan Amphyvitacol produksi Vaksindo. Seorang penulis menyebutkan pengobatan tradisional juga dilakukan dengan memberikan susu bubuk yang dicampur dengan air dan dibentuk sebesar kelereng sesuai dengan bukaan mulut ayam dan diberikan 3 kali sehari.
Sedangkan pengobatan tradisional yang kami lakukan adalah memberikan perasan tumbukan jahe, kunir, kencur dan lempuyang. Air perasan ini dicampurkan pada air minum. Sedangkan ampasnya kami campurkan pada sedikit pakan. Selain ramuan ini menghangatkan tubuh ayam, ramuan ini juga berkhasiat untuk menambah napsu makan ayam. Selain memberikan obat yang diberikan bersama dengan air minum, kami juga memberikan obat secara suntikan pada ayam yang sudah parah. Obat yang kami berikan adalah Sulfamix dengan dosis 0.4 cc/kg BB ayam. Hal lain yang perlu dilakukan karena penyakit ini mempunyai penularan yang sangat cepat dan luas, ayam yang terkena Snot harus sesegera mungkin dipisahkan dari kelompoknya.
Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena sinar matahari langsung sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang lembab dan basah memudahkan timbulnya penyakit ini.

2. Berak Kapur atau Pullorum
Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Berak kapur sering ditemukan pada anak ayam umur 1-10 hari.
Gejala yang timbul adalah :
  • napsu makan menurun
  • kotoran encer dan bercampur butiran-butiran putih seperti kapur
  • bulu dubur melekat satu dengan yang lain
  • jengger berwarna keabuan
  • badan anak ayam menjadi menunduksayap terkulai
  • mata menutup
Penulis yang lain mengatakan gejala anak ayam yang terkena berak kapur selain gejala yang disebutkan di atas, anak ayam akan terlihat pucat, lemah, kedinginan dan suka bergerombol mencari tempat yang hangat.
Berbeda dengan ayam dewasa, gejala berak kapur tidak nyata benar. Ayam dewasa yang terkena berak kapur akan mengalami penurunan produktivitas telur, depresi, anemia, kotoran encer dan berwarna kuning.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga sanitasi mulai dari mesin penetasan hingga sanitasi kandang dan melakukan desinfeksi kandang dengan formaldehyde sebanyak 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Penulis lain menyebutkan pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfonamide.

3. Kolera
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau Pasteurella multocida. Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini menyerang ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut atau kronis. Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan produktivitas bahkan mati. Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan.
Kolera dapat ditularkan melalui kontak langsung, pakan, minuman, peralatan, manusia, tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut, kematian dapat terjadi secara tiba-tiba.
Sedangkan pada serangan kronis didapatkan gejala sbb:
  • napsu makan berkurang
  • sesak napas
  • mencret
  • kotoran berwarna kuning, coklat atau hijau berlendir dan berbau busuk
  • jengger dan pial bengkak serta kepala berwarna kebiruan
  • ayam suka menggeleng-gelengkan kepala
  • persendian kaki dan sayap bengkak disertai kelumpuhan
lesi yang didapatkan pada unggas yang mengalami kematian pada kolera akut antara lain adalah :
  • perdarahan pintpoint pada membran mukosa dan serosa dan atau pada lemak abdominal
  • inflamasi pada 1/3 atas usus kecil
  • gambaran “parboiled” pada hati
  • pembesaran dan pembengkakan limpa
  • didapatkan material berbentuk cream atau solid pada persendian
  • Diagnosis secara tentative dapat didirikan atas riwayat unggas, gejala dan lesi postmortem. Sedangkan diagnosis definitive didapatkan pada isolasi dan identifikasi organisme ini.
Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan antara lain dengan menjaga agar litter tetap kering, mengurangi kepadatan kandang, menjaga kebersihan peralatan kandang dan memberikan vitamin dan pakan yang cukup agar stamina ayam tetap terjaga.
Pengobatan kolera dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfat atau antibiotik seperti noxal, ampisol atau inequil.

4. Chronic Respiratory Disease (CRD) /ngorok/Air Sac/Sinusitis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum. Biasanya menyerang ayam pada usia 4-9 minggu. Penularan terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, tempat makan dan minum, manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi.
Seorang penulis menyebutkan bahwa gejala CRD ini mirip dengan Snot atau Coryza yaitu:
  • batuk-batuk
  • napas berbunti atau ngorok
  • keluar cairan dari lubang hidung
  • nafsu makan turun
  • produksi telur turun
  • ayam suka menggeleng-gelengkan kepalanya
Sedangkan penulis lain mengatakan gejala yang timbul pada CRD adalah:
  • ayam kehilangan napsu makan secara tiba-tiba dan terlihat lesu
  • warna bulu pucat, kusam dan di beberapa lokasi terjadi perlengketan terutama di sekitar anus
  • terjadi inkoordinasi saraf
  • tinja cair dan berwarna putih
Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari cara yang paling sederhana yaitu tidak membeli DOC dari produsen yang tidak diketahui dan melakukan sanitasi kandang.
Pengobatan CRD pada ayam yang sakit dapat diberikan baytrit 10% peroral, mycomas dengan dosis 0.5 ml/L air minum, tetraclorin secara oral atau bacytracyn yang diberikan pada air minum.
5. Colibacillosis
Penyebab penyakit ini adalah Escherichia coli. Problem yang ditimbulkan dapat infeksi akut berat dengan kematian yang tiba-tiba dan angka kematian yang tinggi hingga infeksi ringan dengan angka kesakitan dan kematian yang rendah.infeksi dapat terjadi pada saluran pernapasan, septicemia atau enteritis karena infeksi pada gastrointestinal. Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau diikuti oleh infeksi sekunder. Infeksi sekunder yang menyertai penyakit ini adalah Mycoplasma gallisepticum. Semua umur dapat terkena penyakit ini, namun yang paling banyak adalah ayam usia muda.
Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri akibat pertumbuhan dan multiplikasi. Invasi primer terjadi pada system pernapasan dan system gastrointestinal. Omphalitis atau infeksi pada anak ayam terjadi karena penutupan tali pusat yang kurang baik atau karena invasi bakteri melalui cangkang telur pada saat inkubasi.
Berikut ini gejala yang timbul pada penyakit ini adalah:
  • napsu makan menurun
  • ayam lesu dan tidak bergairah
  • bulu kasar
  • sesak napas
  • kotoran banyak menempel di anus
  • diare
  • batuk
Pada septicemia akut dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba.
Pada pembedahan akan didapatkan:
  • dehydrasi
  • bengkak dan kongesti pada hati, limpa dan ginjal
  • perdarahan pinpoint pada organ viscera
  • eksudat fibrinous pada kantung udara, kantung jantung dan permukaan jantung, hati dan paru (sangat karakteristik)
  • usus menipis dan inflamasi serta mengandung mucous dan area perdarahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang seperti menjaga ventilasi udara, litter yang terjaga kebersihannya, secara teratur melakukan desinfeksi terhadap peralatan dan fasilitas lainnya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kualitas pakan dan air minum, kepadatan kandang harus diperhatikan, penanganan mesin penetas telur dan menjauhkan ayam dari stress yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Pengobatan Colibasillosis dapat dilakukan dengan obat-obat sulfa, neomisin, streptomisin dan tetrasiklin. Meskipun demikian, menurut info yang lain dikatakan pengobatan penyakit ini cenderung susah dan tidak menentu.

INFEKSI VIRAL

1. Tetelo/Newcastle Disease (ND)/Sampar Ayam/Pes Cekak
ND merupakan infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
  • Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
  • Tipe yang lebih ringan disebut degan “Mesogenic”. Kematian pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakangejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
  • Tipe lemah (lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
ND sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar. Pada tahap yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui udara. Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai jangkauan yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari ND tidak akan dinyatakan sebagai “carrier” dan biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala yang nampak pada ayam yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut:
  • excessive mucous di trakea
  • gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas
  • ayam tampak lesu
  • napsu makan menurun
  • produksi telur menurun
  • mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah
  • jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan leher terpuntir.
Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
  • ayam yang tertular harus dimusnahkan.
  • vaksinasi harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Jenis vaksin yang digunakan adalah ND Lasota. Vaksinasi ND yang pertama dilakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata,  pada hari kedua dan seterusnya pemberian vaksin dilakukan dengan cara suntikan di intramuskuler otot dada.
  • untuk memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin, seorang penulis menyarankan agar memberikan vaksin ini dengan pola 444. maksudnya vaksin ND diberikan pada ayam yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali.
Pencegahan : 
  • memelihara kebersihan kandang dan sekitarnya. Kandang harus mendapat sinar matahari yang cukup dan ventilasi yang baik.
  • memisahkan ayam lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini.
  • memberikan ransum jamu yang baik.
2. Gumboro/Infectious Bursal Disease (IBD)
Penyakit ini menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang parah, antibody ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Ayam yang terkena akan menampakan gejala seperti gangguan saraf, merejan, diare, tubuh gemetar, bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian ayam.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus dari genus Avibirnavirus. Di dalam tubuh ayam, virus ini dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan, kemudian akan berkembang menjadi infeksius. Gumoro memang tidak menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi infeski sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena kekebalan tubuhnya tidak bekerja.
Seorang penulis menyebutkan bahwa gumboro menyerang anak ayam pada usia 2 – 14 minggu dengan gejala awal sbb:
  • napsu makan berkurang
  • ayam tampak lesu dan mengantukbulu tampak kusam dan biasanya disertai dengan diare berlendir yang mengotori bulu pantat
  • peradangan di sekitar dubur dan kloaka.biasanya ayam akan mematoki duburnya sendiri.
  • jika tidur, paruhnya menempel di lantai dan keseimbangan tubuhnya terganggu.
Sedangkan penulis yang berbeda menyebutkan gejala gumoro adalah sbb:
  • diare berlendir
  • nafsu makan turun
  • gemetar dan sukar berdiribulu di sekitar anus kotor
  • ayam suka mematuk di sekitar kloaka
Gumboro dapat dibagi 2 yaitu :
  1. Gumboro klinik. Gumboro klinik menyerang anak ayam berumur 3-7 minggu. Pada fase ini serangan terhadap kekebalan tubuh ayam tersebut hanya bersifat sementara antara 2-3 minggu. 
  2. Gumboro subklinik. Gumboro subklinik menyerang anak ayam berumur 0-3 minggu. Penyakit ini paling menakutkan karena kekebalan tubuh ayam dapat hilang secara permanen, sehingga ayam dengan mudah terserang infeksi sekunder.
Gumboro menyebar melalui kontak langsung, air minum, pakan, alat-alat yang sudah tercemar virus dan udara. Yang sangat menarik adalah gumboro tidak menular dengan perantaraan telur dan ayam sudah sembuh tidak menjadi “carrier”. Upaya penanggulangan gumboro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi dan menjaga kebersihan lingkungan kandang.

3. Infectious Bronchitis (IB)

Penyakit ini disebabkan oleh Corona virus yang menyerang system pernapasan. Pada ayam dewasa penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi pada ayam berumur kurang dari 6 minggu dapat menyebabkan kematian. Informasi yang lain menyebutkan bahwa ayam yang terserang penyakit ini dan berumur di bawah 3 minggu, kematian dapat mencapai 30-40%. Penularan dapat terjadi melalui udara, peralatan, pakaian. Virus akan hidup selama kurang 1 minggu jika tidak terdapat ternak pada area tersebut. Virus ini mudah mati karena panas atau desinfektan.
Gejala penyakit IB ini sangat sulit untuk dibedakan dengan penyakit respiratory lainnya. Secara umum gambaran penyakit tersebut adalah:
  • batuk
  • bersin
  • rattling
  • susah bernapas
  • keluar lendir dari hidung
  • terengah-engah
  • napsu makan menurun
  • gangguan pertumbuhan
  • pada periode layer akan didapatkan produksi telur yang sangat turun hingga mendekati zero dalam beberapa hari, butuh waktu sekitar 4 minggu agar ayam kembali berproduksi, bahkan beberapa diantaranya tidak akan kembali ke normal. Telur yang dihasilkan akan berukuran kecil, cangkang telur lunak, bentuk telur menjadi irregular.
Sanitasi merupakan factor pemutus rantai penularan penyakit karena virus tersebut sangat rentan terhadap desinfektan dan panas. Pencegahan lain yang sangat umum dilakukan adalah dengan memberikan vaksinasi secara teratur.

4. Avian Pox
Avian pox mempunyai daya sebar yang relatif lambat. Avian pox disebabkan oleh minimal 3 strain atau tipe yaitu: fowl pox virus (virus cacar pada unggas), pigeon pox virus (virus cacar pada burung dara) dan canary pox virus (virus cacar pada burung kenari). Biasanya cacar yang terjadi pada ayam disebabkan oleh fowl pox virus. Virus ini dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Virus ini sangat resisten pada keropeng yang kering dan dalam beberapa kondisi dapat hidup hingga beberapa bulan. Virus ini dapat ditransmisikan melalui beberapa spesies nyamuk. Nyamuk ini akan membawa virus yang infeksius ini setelah nyamuk tersebut menggigit unggas yang terinfeksi.
Meskipun fowl pox penyebarannya relatif lambat, kawanan unggas ini dapat berpengaruh selama beberapa bulan. Perjalanan penyakit ini memerlukan waktu sekitar 3-5 minggu.
Gejala yang didapatkan pada penyakit ini adalah:
  • pertumbuhan yang lambat pada unggas muda
  • telur menurun pada periode layer
  • kesulitan bernapas dan makan
  • dry fox, dimulai dari “small whitish foci” dan kemudian berkembang menjadi “wart-like nodules”. Nodule tersebut kemudian akan mengelupas dalam proses penyembuhan. Lesi ini biasanya terlihat pada bagian tubuh yang tidak berbulu seperti lubang telinga, mata , jengger, pial dan kadang-kadang ditemukan di kaki.
  • wet fox diasosiasikan dengan cavitas oral dan traktus respiratorius bagian atas, terutama pada laryng dan trakea.
Langkah pencegahan yang utama adalah memberikan vaksinasi pada ayam. Pemberian vaksinasi dilakukan dengan melakukan penusukan pada sayap dengan jarum khusus.

5. Marek (Visceral Leukosis)
Disebabkan oleh virus tipe DNA yang tergolong herpes tipe B. Marek diidentikan dengan penyakit anak ayam, meskipun demikian penyakit ini juga dapat menginfeksi ayam yang lebih tua. Anak ayam terserang adalah kelompok umur 3-10 minggu. Umur 8-9 minggu merupakan umur yang paling rawan. Penularan dapat terjadi secara kontak langsung, kotoran ayam, debu dan peralatan kandang.
Marek dapat menimbulkan beberapa variasi gejala klinis, antara lain:
  • Marek tipe visceral. Ditandai dengan lesi pada gonad, hati, limpa, ginjal dan kadang-kadang pada jantung, paru dan otot. Penyakit ini biasanya akut, rupanya unggas yang sehat akan mengalami kematian secara cepat dengan tumor internal yang masif.
  • Marek tipe neural. Ditandai dengan kelumpuhan yang progresif pada sayap, kaki dan leher. Penurunan berat badan, anemia, kesulitan bernapas dan diare merupakan gejala yang sering ditemukan .
  • Ocular leucosis atau “gray eye”. Morbiditas dan mortalitas biasanya sangat kecil tetapi disebutkan mendekati 25%. Gejalanya dikarakteristikan dengan spotty depigmentation atau diffuse graying pada iris mata. Pupil mata berbentuk irregular dan gagal bereaksi terhadap cahaya. Diare berat dan kematian.
  • Skin leukosis. Yaitu pembesaran folikel bulu karena akumulasi limfosit.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi pada DOC berumur 1 hari dengan vaksin Cryomarex HVT atau Cryomarex Rispens.Ayam yang terinfesi sebaiknya dimusnahkan agar tidak menularkan ke ayam yang sehat.

INFEKSI PROTOZOA
Berak Darah/ Koksidiosis
Berak darah atau sering disebut dengan koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari genus Eimeria. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak secara langsung maupun tidak langsung seperti kontak dengan droplet dari unggas yang terinfeksi. Pada saat unggas memakan koksidia, organisme ini akan menginvasi usus dan mengakibatkan kerusakan dan kemudian mulai berkembang biak. Beberapa minggu setelah terjadinya infeksi, koksidia akan berubah menjadi oocyst. Oocyst masih belum cukup matur, meskipun oocyst terdapat pada droplet, oocyst ini tidak dapat menginfeksi unggas lain kecuali ia berkembang (sporulasi) menjadi bentuk yang lebih matang di litter. Bentuk inilah yang dapat menyebabkan infeksi pada unggas. Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah protozoa yang termakan. Di dalam peternakan, penyakit ini sangat mudah ditularkan melalui alas kaki, baju, burung liar, peralatan, tempat pakan, serangga atau rodent.
Gejala yang timbul pada penyakit ini adalah sbb:
- kotoran lembek cenderung cair dan berwarna coklat kehitaman kerena mengandung darah
- pertumbuhan terhambat
- napsu makan menurun
- pada pembedahan ayam yang mengalami kematian akibat penyakit ini akan ditemukan pada usus besarnya akan bengkak berisi darah.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi pada ayam pada usia 4 hari. Biasanya kami akan memberikan vaksinasi ini dengan melakukan penyemprotan pada pakan. Selain itu harus dilakukan sanitasi yang baik pada kandang DOC. Pilihlah pakan yang sudah mengandung koksidiostat ( preparat pembunuh protozoa Eimeria).
INFEKSI PARASIT
Cacingan
Worm Disease
Cacingan pada ayam dapat disebabkan oleh:
- Ascaridia galli
Infeksi cacing ini terutama menyerang ayam usia 3-4 bulan. Spesimen dari parasit ini kadang-kadang ditemukan dalam telur. Cacing ini berpindah tempat dari usus ke oviduct dan dapat masuk ke dalam telur pada saat pembentukan telur tersebut. Cacing dewasa mudah dilihat dengan mata telanjang karena panjang cacing dewasa mencapai ½ hingga 3 inchi.
Riwayat hidup cacing ini sangat simple. Cacing betina akan meletakan telurnya di usus unggas yang terinfeksi dan akan ikut dikeluarkan bersama tinja. Embrio akan terus berkembang dalam telur tersebut meskipun tidak akan langsung menetas. Larva dalam telur mencapai stadium infektif dalam 2-3 minggu. Telur yang mengandung embryo ini sangat tahan banting bahkan dalam kondisi laboratorium dapat bertahan hingga 2 tahun, sedangkan dalam keadaan biasa akan tetap bertahan hingga 1 tahun bahkan lebih. Hal yang penting di sini adalah desinfektan yang digunakan pada peternakan tidak dapat membunuh/ merusak telur. Unggas akan terinfeksi jika memakan telur cacing ini.
Unggas yang terinfeksi oleh cacing ini akan terlihat lesu, diare dan kurus. Kerusakan utama yang ditimbulkan adalah penurunan efisiensi pakan, namun kematian hanya timbul pada infeksi yang sangat berat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kandang dengan baik dan pemisahan ayam berdasarkan umur. Bersihkan kandang sebersih mungkin jika kandang akan digunakan untuk populasi ayam yang baru.Sedangkan obat yang digunakan adalah preparat piperazine yang hanya dapat memutus rantai penularan dengan membunuh cacing dewasa. Preparat yang biasa kami gunakan dan kami berikan tiap 4 minggu adalah Piperavaks produksi dari Vaksindo. Pemberian obat ini cukup dicampurkan pada air minum.
- Heterakis gallinae
Parasit ini tidak menimbulkan akibat yang serius pada kesehatan ayam. Minimal tidak menimbulkan gejala atau patologi yang signifikan. Cara penularan cacing ini sama dengan Ascaris. Namun telur yang mengandung larva akan infektif dalam 2 minggu. Dalam cuaca yang dingin akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Parasit ini dapat dibasmi dengan fenbendazole.
- Capillaria annulata atau Capllaria contorta
Cacing ini sering ditemukan pada esophagus dan tembolok. Parasit ini menyebabkan penipisan dan inflamasi pada mukosa. Pada system gastrointestinal bagian bawah, dapat ditemukan beberapa spesies parasit tetapi biasanya adalah Capillaria obsignata.
Berbeda dengan cacing yang lain, pembentukan embryo memakan waktu 6-8 hari dan akan sangat infeksius untuk peternakan. Kerusakan terparah akan terjadi pada 2 minggu setelah infeksi. Parasit ini akan menimbulkan inflamasi berat dan kadang-kadang terjadi perdarahan. Erosi pada usus akan menyebabkan kematian. Problem yang sering ditimbulkan oleh parasit ini adalah penurunan pertumbuhan, penurunan produksi dan fertilitas.
Sanitasi yang baik merupakan kunci pencegahan yang utama. Pemberian vitamin A dapat memberikan nilai tambah. Parasit ini dapat dibasmi dengan menggunakan fenbendazole atau leviamisole.
Secara umum, seorang penulis menggambarkan gejala penyakit cacingan pada ayam adalah sbb:
- tubuh ayam menjadi kurus
- nafsu makan berkurang
- sayap kusam dan terkulai
- kotoran encer, berlendir berwarna keputihan dan kadang berdarah
- pertumbuhan lamban
Penanggulangan yang dapat dilakukan secara umum adalah:
- sanitasi kandang dengan desinfektan
- pemberian Caricid pada umur 4-6 minggu dengan dosis 30 ml/3 liter air untuk 100 ekor ayam. Umur lebih dari 6 minggu diberi dosis 6 ml/10 L air untuk 100 ekor ayam
- campurkan premix 2.4% ke dalam makanan dengan dosis 2.5 kg/kg pakan diberikan selama 5-6 hari
--- Faktor Lain ---
Faktor utama penyebab ayam sakit adalah karena kecerobohan dalam mengelola peternakan yang diakibatkan oleh faktor-faktor :
1. Sanitasi yang tidak benar, dengan ciri peternakan menjadi kotor, bau dan terkesan jorok
2. Tidak melakukan pembersihan rutin dan pemberian obat dan vitamin kepada unggas yang ada.
3. Dan tidak dilakukannya vaksinasi pada unggas.
Yang terpenting adalah
" LAKUKAN VAKSINASI "
Dengan cara-cara yang benar dan waktu yang teratur seperti kami terangkan pada halaman vaksinasi

Tuesday, January 15, 2013

Posted by Unknown on 10:32 AM in | 2 comments

ND Genotipe 7
Tidak sebagaimana karakter serangan ND sebelumnya yang spesifik menyerang sistem pernafasan dan pencernaan, virus ND yang belakangan muncul, menyerang ayam dengan ekspresi kerusakan seluruh organ tubuh. Dengan pemeriksaaan laboratorium, virus dapat ditemukan dalam semua sampel organ tubuh, meliputi sistem pernafasan, pencernaan, syaraf dan imunitas. Tingkat keganasannya tinggi, sehingga dinamai VVND (Viscerotrophic Velogenic Newcastle Disease).
Ramai disebut, virus ini masuk dalam kelompok genotipe 7. Sebelumnya, sebagaimana dianut selama ini, yang banyak berkembang di Indonesia adalah virus-virus dari kelompok genotipe 2. Dan vaksin yang beredar di pasaran adalah produk impor dengan master seed (benih vaksin) virus-virus dari kelompok 1 dan 2. DR Teguh Yodiantara Prajitno, Presiden Direktur PT Vaksindo Satwa Nusantara meyakini dominasi virus genotipe 7 di lapangan saat ini. (TROBOS eds Oktober 2010 juga sudah memuat keterangan Teguh dan pohon filogenik virus ND versi Vaksindo).
Keyakinannya itu didasarkan pada hasil isolasi virus dari kejadian ND terkini di lapangan. Pihaknya melakukan uji identitasdengan isolasi virus dan dikukuhkan dengan DNA sequencing dengan sampel dari  Medan, Palembang, Jambi, Lampung, Bali, Makassar dan sepanjang Pulau Jawa serta Banjarmasin. Hasilnya, semua masuk dalam kelompok genotipe 7. “Kasus ND dengan kematian tinggi atau gejala berat, apabila dilakukan pemeriksaan sampel organ proventriculus, limfa dan otak, pasti akan ditemukan virus genotipe 7,” tegas doktor biomolekuler tamatan Jerman ini.
Jarak Genetik Jauh
Gambaran sebangun disodorkan Witarso, Regional Manager PT Medion. Isolasi virus lapang sepanjang kurun 2009 – 2010 di 12 kota dengan 35 isolat dilakukan Medion bekerjasama dengan Laboratorium Virologi FKH Universitas Udayana, Bali. Hasilnya, semua isolat virus masuk dalam kelompok genotipe 7b. “Ini merujuk pada susunan asam aminonya,” kata dokter hewan ini. Ditambahkan dia, virus genotipe 7b tersebut identik dengan virus yang merebak di Negeri Jiran, Malaysia beberapa waktu lalu.
Teguh menyajikan fakta berikutnya, hasil sequencing (pemetaan DNA) dari virus lokal tersebut kecocokannya dengan lasota hanya 82,7%. Dan di dalam genotipe 7, meski dalam satu kelompok, sampel asal daerah berbeda menunjukkan perbedaan juga. Misalnya Banjarmasin dan Sukorejo memiliki perbedaan 8 %. Artinya, Teguh dan Witarso mengatakan, jarak genetik vaksin yang beredar dengan virus lapang sudah jauh.
Koreksi Parameter Protektif
Kriteria protektivitas vaksin, dalam pandangan Teguh perlu dikoreksi. Selama ini parameternya kematian. Uji tantang yang memberikan hasil 100 % tetap hidup dinyatakan protektif. Padahal, kendati tidak mati oleh tantangan virus, replikasi dalam tubuh ayam terus berlangsung dan terjadi shedding (pelepasan virus melalui feses) sehingga mencemari lingkungan dan menyebar sebagai sumber penularan. “Selain itu, pada kasus layer dan breeder, ayam terinfeksi tidak mati tetapi produksi dan kualitas telur turun signifikan. Kerugian yang ditanggung tidak dihitung, dan itu tidak kecil,” tandasnya. Fenomena ini tidak terjadi apabila antibodi yang terbentuk dari vaksinasi tingkat kecocokannya tinggi dengan antigen (virus) lapang yang memapar.

Revaksinasi Berlebihan
Witarso maupun Teguh menyayangkan langkah di lapangan yang banyak ditempuh peternak layer atau breeder yang melakukan revaksinasi tidak terkendali. Interval vaksin live yang kaidahnya 6 – 8 minggu, sekarang sudah jamak diulang tiap 4 minggu, bahkan 3 minggu. “Melakukan hal yang sama, berkali-kali dan berharap hasil yang berbeda. Mengharapkan suatu kegilaan,” sesal Teguh sambil mengutip Albert Einstein.
Sebagaimana juga ditempuh Suyanto, pemilik 60 ribu layer di Tangerang. Ia rutin tiap 4 pekan memvaksinasi ayam-ayamnya dengan ND live. Sementara killed vaccine diberikannya 5 – 6 kali tiap periode. Diakuinya, ND mendapat prioritas perhatian dalam usahanya, terutama di cuaca ekstrem seperti akhir-akhir ini. “Karena itu, ND sudah jadi bagian dari usaha peternakan layer saya,” ujarnya enteng.

sumber : trobos
Posted by Unknown on 9:53 AM in | 1 comment
Virus flu burung atau Avian Influaenza (AI) varian baru: clade 2.3.2, berbeda dengan varian sebelumnya, 2.1, yang hanya patogen pada ayam dan burung, virus AI baru ini diyakini bersifat lebih patogen. Kematian itik dan kemudian ayam kampung karena virus baru ini cukup tinggi.

Virus clade ini bukan merupakan hasil mutasi dari virus AI clade 2.1 yang sebelumnya sudah mewabah di Indonesia. Selama ini, virus flu burung H5N1 clade 2.1 berubah menjadi varian 2.1.1, 2.1.2, dan 2.1.3. Kedua varian terakhir juga menginfeksi manusia. Sejak 2008, varian 2.1.3 banyak ditemukan pada hewan dan manusia, yakni sekitar 80 persen.

Sejak pertamakali ditemukan pada 2003, belum ada informasi di Indonesia  telah ditemukan virus flu burung varian selain 2.1, apalagi 2.3.2. Virus ini pertamakali ditemukan di Brebes, Jawa Tengah. Dari manakah virus varian baru itu? Mengapa pertamakali ditemukan di Brebes?

Sekretaris Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis Emil Agustiono menduga ada tiga kemungkinan masuknya clade 2.3.2 ke Indonesia: dari impor atau luar negeri, migrasi burung liar, dan mutasi genetik. "Dari mutasi genetik paling kecil kemungkinannya," kata Emil kepada Metrotvnews.com.
kemungkinan besar virus varian baru itu hadir akibat perdagangan unggas lintas wilayah. Perdagangan unggas bisa legal dan ilegal. Ia menduga, perdagangan unggas di Brebes itu ilegal karena di sana banyak pelabuhan tak resmi. Itik di Brebes tidak dikandangkan. Amat mungkin terkontaminasi migrasi burung.

Hal senada disampaikan ahli virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta Widya Asmara. Widya yakin, virus clade 2.3.2 dibawa burung liar yang bermigrasi dari Asia ke pantai-pantai di Indonesia akibat musim dingin di belahan bumi utara. Tidak tertutup kemungkinan virus masuk lewat perdagangan antar-negara yang tak terdeteksi.

Pendapat berbeda diungkapkan CA Nidom. Ketua Avian Influenza-zoonosis Research Center Universitas Airlangga Surabaya itu menduga, virus varian baru ini masuk sengaja melalui impor. "Ada pihak yang sengaja memasukkan virus tersebut ke Tanah Air, tapi belum diketahui apa motifnya. Ini bisa disebut bioteroris," tegas Nidom kepada Metrotvnews.com.

Nidom tidak mau mengungkap jati diri pihak yang dia tuding itu. Menurut Nidom, benar-tidaknya tudingan bisa dilihat perkembangan kasus ini. "Apakah akan ada bibit atau daging bebek yang akan diintroduksi besar-besar ke Indonesia, termasuk vaksin unggas yang berisi varian 2.3.2, seperti kejadian pada tahun 2003-2004? Hanya waktu yang membuktikan."

Nidom tentu tidak mengada-ada. Ia yakin virus varian baru itu bukan bawaan migrasi burung. "Clade 2.3.2 biasanya ada di China dan jalur migrasinya ke arah barat, ke India lalu ke Eropa. Lalu kalau migrasi ke selatan, walaupun memang ada jalurnya yang nanti berlanjut ke Australia, harusnya Sumatra kena juga. Sekarang kenapa Jawa yang lebih dulu kena?" tanya Nidom.

Secara geografis, kata Nidom, varian 2.3.2 banyak ditemukan di Asia sebelah barat dari Danau Qinghai (China). Namun, karena burung migrasi, varian ini ditemukan di bagian timur Asia, seperti Hongkong, Korea, Jepang, bahkan sampai di Bulgaria. Varian 2.3.2 punya kedekatan dengan virus sejenis dari Qinghai (China), Rusia, Mongolia, India, dan Vietnam. Juga merupakan kerabat jauh dengan virus yang berasal dari Hongkong. "Sementara di Indonesia berasal dari mana?" tanya Nidom.

Yang juga mengherankan, kata Nidom, ia mendapat informasi FAO (Food and Agricultural Organization) menyarankan Indonesia memakai vaksin flu burung buatan China. "Saya dapat desas-desus dan katanya direkomendasikan FAO. Saya pikir peralatan yang ada di laboratorium kami (Unair) tersedia dari A sampai Z. Jadi buat apa impor vaksin dari China," kata Nidom. Lagipula vaksin asal China belum tentu cocok dengan virusnya.

Bagi Nidom, virus varian baru ini tidak boleh dianggap sekadar urusan kesehatan. Tapi sudah menyangkut ketahanan bangsa. Lantaran itu, Nidom mengkoordinasikan dugaan ini tak hanya dengan Kementerian Kesehatan, tapi juga dengan Kementerian Pertahanan dan Badan Intelijen Nasional


sumber : metro tv

Thursday, December 27, 2012

Posted by Unknown on 4:25 PM in | 18 comments

PENGAMBILAN DARAH AYAM



Pengambilan darah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan serum yang cukup jumlahnya dengan kualitas memadai dan memudahkan evaluasi terhadap suatu penyakit

DOC

  • Pegang ayam dengan hati-hati, jepit leher dengan jari  telunjuk dan jari tengah 
  • Dengan kapas beralkohol,  swab daerah sekitar leher sehingga vena jugularis terlihat jelas 
  • Tusuk  vena jugularis dengan spuit 1 ml  (jarum 26G x ½”) 
  • Tarik piston perlahan-lahan sampai darah keluar 
  • Jika volume darah sudah cukup ( + 0,5  - 1 ml ), cabut spuit perlahan dan tutup jarumnya 
  • Tarik piston sampai  ke ujung spuit (3/4 bagian) untuk memberi ruang supaya serumnya keluar 
  • Beri label identitas ayam

Ayam Besar

Sayap 

  • Pegang ayam dengan hati-hati,
  • Dengan kapas beralkohol,  swab daerah sayap sehingga vena branchialis terlihat jelas 
  • Tusukan spuit 3 ml (jarum 23G x 1 1/4”) dibawah tendon pronator muskulus  kemudian arahkan jarum ke vena branchialis lalu tusukan ke vena branchialisnya 
  • Tarik  piston  perlahan-lahan  sehingga darah masuk ke spiut + 0,5 – 1 ml 
  • Jika volume darah sudah cukup, cabut spuit perlahan sambil ibu jari menekan vena branchialis dan tutup jarumnya 
  • Tarik piston sampai  ke ujung spuit (3/4 bagian) untuk memberi ruang supaya serumnya keluar 
  • Beri label identitas ayam

Jantung

  • Pegang ayam dengan hati-hati,
  • Dengan kapas beralkohol  swab daerah Thoracic Inlet (rongga dada)
  • Tusukan spuit 3 ml (jarum 24G x 1”) ke rongga dada sehingga jarum mengenai jantung
  • Tarik  piston    perlahan-lahan       sehingga darah masuk ke spiut + 0,5 – 1 ml
  • Jika volume darah sudah cukup cabut spuit perlahan dan tutup jarumnya
  • Tarik piston sampai  ke ujung spuit (3/4 bagian) untuk memberi ruang supaya serumnya keluar
  • Letakkan   spuit   pada   posisi  mendatar  atau  sedikit  miring  dengan   posisi  jarum  diatas   dan    biarkan   15 – 30  menit  ( pada  suhu ruang )  supaya  darah  membeku.
  • Beri label identitas ayam
Posted by Unknown on 1:18 PM in | 6 comments


INSEMINASI BUATAN ( ARTIFICIAL INSEMINATION )
PADA AYAM
SPF ( SPECIFIK PATHOGEN FREE )
Dibuat Oleh : Azzury Pramudiksa.AMd


Maksud dan Tujuan :
·         Meningkatkan produksi anak ayam ( DOC ) yang lebih seragam dalam waktu yang relatif singkat
·         Effisiensi penggunaan pakan, karena jumlah ayam pejantan yang dipelihara lebih sedikit
·         Meninggkatkan kemampuan reproduksi ayam betina untuk menghasilkan telur tetas lebih banyak

Keuntungan Inseminasi Buatan :
·         Penggunaan Pejantan Lebih sedikit ( 1 : 10 – 25 )
·         Memudahkan persilangan pejantan - pejantan unggul yang sulit melakukan perkawinan secara alami
·         Menghasilkan anak ayam yang seragam dalam waktu yang relatif singkat

Syarat – syarat Inseminasi Buatan :
·         Pejantan :
·         Sehat dan tidak cacat mental
·         Umur 7 – 24 bulan
·         Terlatih diambil spermanya
·         Memiliki mutu genetik yang baik
·         Dipelihara terpisah dengan betina
·         Betina :
·         Sehat dan tidak cacat mental
·         Umur 7 – 12 bulan
·         Minimal telah mengalami periode peneluran pertama
·         Berproduksi tinggi
·         Dipelihara dalam kandang baterry individual
·          
Alat dan bahan yang dibutuhkan :
·         Syringe ( pipet ) 1 ml/cc
·         Larutan NaCL 0,85 %
·         Kapas Beralkohol 70 %
·         Botol kecil
·         Sarung tangan
·         Alat dan bahan harus dalam keadaan steril
Pelaksanaan Inseminasi Buatan :
·         Dilakukan pada waktu sore hari ( dari jam 15.00 keatas )
·         Dilakukan oleh 2 orang dan menggunakan sarung tangan ( satu orang mengurut dan yang satu orang lagi menampung sperma )
·         Bulu di sekitar kloaka pejantan dipotong dan dibersihkan ( supaya sperma yang keluar tidak menempel di bulu dan pejantan lebih mudah terangsang )
·         Periode inseminasi sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu
·         Telur hasil inseminasi diambil pada hari kedua – ke tujuh setelah inseminasi buatan
·         Pengambilan Sperma pada pejantan :
·         Rangsang pejantan dengan mengusap dari kepala, punggung sampai ke bagian ekor 1 kali atau beberapa kali
·         Setelah terjadi ereksi, pangkal lunak kloaka ditekan oleh telunjuk dan ibu jari
·         Tampung sperma dengan botol
·         Cara pengenceran sperma :
·         Sperma yang telah ditampung di botol di sedot menggunakan syringe 1 ml/cc (untuk mengetahui berapa banyak sperma yang diambil)
·         Masukan kembali sperma kedalam botol kemudian campur dengan larutan NaCl fisiologis 0.85 % dengan perbandingan 1:1 – 4 (tergantung kekentalan sperma)
·         Sperma yang sudah dicampur disedot dengan syringe 1ml/cc
·         Sperma yang sudah dicampur harus didistribusikan maksimal 30 menit
·         Cara Memasukan sperma kedalam vagina betina :
·         Bersihkan kloaka betina dengan kapas beralkohol
·         Swab syringe dengan kapas alkohol (setiap mau memasukan syringe ke vagina)
·         Masukan sperma sebanyak 0,2cc ke Ductus Ovarius pada kedalaman 3cm (intra vagina) atau 7-8cm (intra uterus)

Search Our Site

Bookmark Us