tempat untuk belajar mengenal dunia tentang ayam
  • NUSARESEARCH

    Dapatkan uang atau pulsa hanya dengan mengikuti survei online Sudah terbukti di bayar, so.... buruan ikutan surveynya

  • Enter Slide 2 Title Here

    This is slide 2 description. Find these sentences in Edit HTML and replace with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...

  • Enter Slide 3 Title Here

    This is slide 3 description. Find these sentences in Edit HTML and replace with your own words. This is a Blogger template by NewBloggerThemes.com...

Tuesday, January 15, 2013

Posted by Unknown on 10:32 AM in | 2 comments

ND Genotipe 7
Tidak sebagaimana karakter serangan ND sebelumnya yang spesifik menyerang sistem pernafasan dan pencernaan, virus ND yang belakangan muncul, menyerang ayam dengan ekspresi kerusakan seluruh organ tubuh. Dengan pemeriksaaan laboratorium, virus dapat ditemukan dalam semua sampel organ tubuh, meliputi sistem pernafasan, pencernaan, syaraf dan imunitas. Tingkat keganasannya tinggi, sehingga dinamai VVND (Viscerotrophic Velogenic Newcastle Disease).
Ramai disebut, virus ini masuk dalam kelompok genotipe 7. Sebelumnya, sebagaimana dianut selama ini, yang banyak berkembang di Indonesia adalah virus-virus dari kelompok genotipe 2. Dan vaksin yang beredar di pasaran adalah produk impor dengan master seed (benih vaksin) virus-virus dari kelompok 1 dan 2. DR Teguh Yodiantara Prajitno, Presiden Direktur PT Vaksindo Satwa Nusantara meyakini dominasi virus genotipe 7 di lapangan saat ini. (TROBOS eds Oktober 2010 juga sudah memuat keterangan Teguh dan pohon filogenik virus ND versi Vaksindo).
Keyakinannya itu didasarkan pada hasil isolasi virus dari kejadian ND terkini di lapangan. Pihaknya melakukan uji identitasdengan isolasi virus dan dikukuhkan dengan DNA sequencing dengan sampel dari  Medan, Palembang, Jambi, Lampung, Bali, Makassar dan sepanjang Pulau Jawa serta Banjarmasin. Hasilnya, semua masuk dalam kelompok genotipe 7. “Kasus ND dengan kematian tinggi atau gejala berat, apabila dilakukan pemeriksaan sampel organ proventriculus, limfa dan otak, pasti akan ditemukan virus genotipe 7,” tegas doktor biomolekuler tamatan Jerman ini.
Jarak Genetik Jauh
Gambaran sebangun disodorkan Witarso, Regional Manager PT Medion. Isolasi virus lapang sepanjang kurun 2009 – 2010 di 12 kota dengan 35 isolat dilakukan Medion bekerjasama dengan Laboratorium Virologi FKH Universitas Udayana, Bali. Hasilnya, semua isolat virus masuk dalam kelompok genotipe 7b. “Ini merujuk pada susunan asam aminonya,” kata dokter hewan ini. Ditambahkan dia, virus genotipe 7b tersebut identik dengan virus yang merebak di Negeri Jiran, Malaysia beberapa waktu lalu.
Teguh menyajikan fakta berikutnya, hasil sequencing (pemetaan DNA) dari virus lokal tersebut kecocokannya dengan lasota hanya 82,7%. Dan di dalam genotipe 7, meski dalam satu kelompok, sampel asal daerah berbeda menunjukkan perbedaan juga. Misalnya Banjarmasin dan Sukorejo memiliki perbedaan 8 %. Artinya, Teguh dan Witarso mengatakan, jarak genetik vaksin yang beredar dengan virus lapang sudah jauh.
Koreksi Parameter Protektif
Kriteria protektivitas vaksin, dalam pandangan Teguh perlu dikoreksi. Selama ini parameternya kematian. Uji tantang yang memberikan hasil 100 % tetap hidup dinyatakan protektif. Padahal, kendati tidak mati oleh tantangan virus, replikasi dalam tubuh ayam terus berlangsung dan terjadi shedding (pelepasan virus melalui feses) sehingga mencemari lingkungan dan menyebar sebagai sumber penularan. “Selain itu, pada kasus layer dan breeder, ayam terinfeksi tidak mati tetapi produksi dan kualitas telur turun signifikan. Kerugian yang ditanggung tidak dihitung, dan itu tidak kecil,” tandasnya. Fenomena ini tidak terjadi apabila antibodi yang terbentuk dari vaksinasi tingkat kecocokannya tinggi dengan antigen (virus) lapang yang memapar.

Revaksinasi Berlebihan
Witarso maupun Teguh menyayangkan langkah di lapangan yang banyak ditempuh peternak layer atau breeder yang melakukan revaksinasi tidak terkendali. Interval vaksin live yang kaidahnya 6 – 8 minggu, sekarang sudah jamak diulang tiap 4 minggu, bahkan 3 minggu. “Melakukan hal yang sama, berkali-kali dan berharap hasil yang berbeda. Mengharapkan suatu kegilaan,” sesal Teguh sambil mengutip Albert Einstein.
Sebagaimana juga ditempuh Suyanto, pemilik 60 ribu layer di Tangerang. Ia rutin tiap 4 pekan memvaksinasi ayam-ayamnya dengan ND live. Sementara killed vaccine diberikannya 5 – 6 kali tiap periode. Diakuinya, ND mendapat prioritas perhatian dalam usahanya, terutama di cuaca ekstrem seperti akhir-akhir ini. “Karena itu, ND sudah jadi bagian dari usaha peternakan layer saya,” ujarnya enteng.

sumber : trobos
Posted by Unknown on 9:53 AM in | 1 comment
Virus flu burung atau Avian Influaenza (AI) varian baru: clade 2.3.2, berbeda dengan varian sebelumnya, 2.1, yang hanya patogen pada ayam dan burung, virus AI baru ini diyakini bersifat lebih patogen. Kematian itik dan kemudian ayam kampung karena virus baru ini cukup tinggi.

Virus clade ini bukan merupakan hasil mutasi dari virus AI clade 2.1 yang sebelumnya sudah mewabah di Indonesia. Selama ini, virus flu burung H5N1 clade 2.1 berubah menjadi varian 2.1.1, 2.1.2, dan 2.1.3. Kedua varian terakhir juga menginfeksi manusia. Sejak 2008, varian 2.1.3 banyak ditemukan pada hewan dan manusia, yakni sekitar 80 persen.

Sejak pertamakali ditemukan pada 2003, belum ada informasi di Indonesia  telah ditemukan virus flu burung varian selain 2.1, apalagi 2.3.2. Virus ini pertamakali ditemukan di Brebes, Jawa Tengah. Dari manakah virus varian baru itu? Mengapa pertamakali ditemukan di Brebes?

Sekretaris Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis Emil Agustiono menduga ada tiga kemungkinan masuknya clade 2.3.2 ke Indonesia: dari impor atau luar negeri, migrasi burung liar, dan mutasi genetik. "Dari mutasi genetik paling kecil kemungkinannya," kata Emil kepada Metrotvnews.com.
kemungkinan besar virus varian baru itu hadir akibat perdagangan unggas lintas wilayah. Perdagangan unggas bisa legal dan ilegal. Ia menduga, perdagangan unggas di Brebes itu ilegal karena di sana banyak pelabuhan tak resmi. Itik di Brebes tidak dikandangkan. Amat mungkin terkontaminasi migrasi burung.

Hal senada disampaikan ahli virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta Widya Asmara. Widya yakin, virus clade 2.3.2 dibawa burung liar yang bermigrasi dari Asia ke pantai-pantai di Indonesia akibat musim dingin di belahan bumi utara. Tidak tertutup kemungkinan virus masuk lewat perdagangan antar-negara yang tak terdeteksi.

Pendapat berbeda diungkapkan CA Nidom. Ketua Avian Influenza-zoonosis Research Center Universitas Airlangga Surabaya itu menduga, virus varian baru ini masuk sengaja melalui impor. "Ada pihak yang sengaja memasukkan virus tersebut ke Tanah Air, tapi belum diketahui apa motifnya. Ini bisa disebut bioteroris," tegas Nidom kepada Metrotvnews.com.

Nidom tidak mau mengungkap jati diri pihak yang dia tuding itu. Menurut Nidom, benar-tidaknya tudingan bisa dilihat perkembangan kasus ini. "Apakah akan ada bibit atau daging bebek yang akan diintroduksi besar-besar ke Indonesia, termasuk vaksin unggas yang berisi varian 2.3.2, seperti kejadian pada tahun 2003-2004? Hanya waktu yang membuktikan."

Nidom tentu tidak mengada-ada. Ia yakin virus varian baru itu bukan bawaan migrasi burung. "Clade 2.3.2 biasanya ada di China dan jalur migrasinya ke arah barat, ke India lalu ke Eropa. Lalu kalau migrasi ke selatan, walaupun memang ada jalurnya yang nanti berlanjut ke Australia, harusnya Sumatra kena juga. Sekarang kenapa Jawa yang lebih dulu kena?" tanya Nidom.

Secara geografis, kata Nidom, varian 2.3.2 banyak ditemukan di Asia sebelah barat dari Danau Qinghai (China). Namun, karena burung migrasi, varian ini ditemukan di bagian timur Asia, seperti Hongkong, Korea, Jepang, bahkan sampai di Bulgaria. Varian 2.3.2 punya kedekatan dengan virus sejenis dari Qinghai (China), Rusia, Mongolia, India, dan Vietnam. Juga merupakan kerabat jauh dengan virus yang berasal dari Hongkong. "Sementara di Indonesia berasal dari mana?" tanya Nidom.

Yang juga mengherankan, kata Nidom, ia mendapat informasi FAO (Food and Agricultural Organization) menyarankan Indonesia memakai vaksin flu burung buatan China. "Saya dapat desas-desus dan katanya direkomendasikan FAO. Saya pikir peralatan yang ada di laboratorium kami (Unair) tersedia dari A sampai Z. Jadi buat apa impor vaksin dari China," kata Nidom. Lagipula vaksin asal China belum tentu cocok dengan virusnya.

Bagi Nidom, virus varian baru ini tidak boleh dianggap sekadar urusan kesehatan. Tapi sudah menyangkut ketahanan bangsa. Lantaran itu, Nidom mengkoordinasikan dugaan ini tak hanya dengan Kementerian Kesehatan, tapi juga dengan Kementerian Pertahanan dan Badan Intelijen Nasional


sumber : metro tv

Thursday, December 27, 2012

Posted by Unknown on 4:25 PM in | 18 comments

PENGAMBILAN DARAH AYAM



Pengambilan darah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan serum yang cukup jumlahnya dengan kualitas memadai dan memudahkan evaluasi terhadap suatu penyakit

DOC

  • Pegang ayam dengan hati-hati, jepit leher dengan jari  telunjuk dan jari tengah 
  • Dengan kapas beralkohol,  swab daerah sekitar leher sehingga vena jugularis terlihat jelas 
  • Tusuk  vena jugularis dengan spuit 1 ml  (jarum 26G x ½”) 
  • Tarik piston perlahan-lahan sampai darah keluar 
  • Jika volume darah sudah cukup ( + 0,5  - 1 ml ), cabut spuit perlahan dan tutup jarumnya 
  • Tarik piston sampai  ke ujung spuit (3/4 bagian) untuk memberi ruang supaya serumnya keluar 
  • Beri label identitas ayam

Ayam Besar

Sayap 

  • Pegang ayam dengan hati-hati,
  • Dengan kapas beralkohol,  swab daerah sayap sehingga vena branchialis terlihat jelas 
  • Tusukan spuit 3 ml (jarum 23G x 1 1/4”) dibawah tendon pronator muskulus  kemudian arahkan jarum ke vena branchialis lalu tusukan ke vena branchialisnya 
  • Tarik  piston  perlahan-lahan  sehingga darah masuk ke spiut + 0,5 – 1 ml 
  • Jika volume darah sudah cukup, cabut spuit perlahan sambil ibu jari menekan vena branchialis dan tutup jarumnya 
  • Tarik piston sampai  ke ujung spuit (3/4 bagian) untuk memberi ruang supaya serumnya keluar 
  • Beri label identitas ayam

Jantung

  • Pegang ayam dengan hati-hati,
  • Dengan kapas beralkohol  swab daerah Thoracic Inlet (rongga dada)
  • Tusukan spuit 3 ml (jarum 24G x 1”) ke rongga dada sehingga jarum mengenai jantung
  • Tarik  piston    perlahan-lahan       sehingga darah masuk ke spiut + 0,5 – 1 ml
  • Jika volume darah sudah cukup cabut spuit perlahan dan tutup jarumnya
  • Tarik piston sampai  ke ujung spuit (3/4 bagian) untuk memberi ruang supaya serumnya keluar
  • Letakkan   spuit   pada   posisi  mendatar  atau  sedikit  miring  dengan   posisi  jarum  diatas   dan    biarkan   15 – 30  menit  ( pada  suhu ruang )  supaya  darah  membeku.
  • Beri label identitas ayam
Posted by Unknown on 1:18 PM in | 6 comments


INSEMINASI BUATAN ( ARTIFICIAL INSEMINATION )
PADA AYAM
SPF ( SPECIFIK PATHOGEN FREE )
Dibuat Oleh : Azzury Pramudiksa.AMd


Maksud dan Tujuan :
·         Meningkatkan produksi anak ayam ( DOC ) yang lebih seragam dalam waktu yang relatif singkat
·         Effisiensi penggunaan pakan, karena jumlah ayam pejantan yang dipelihara lebih sedikit
·         Meninggkatkan kemampuan reproduksi ayam betina untuk menghasilkan telur tetas lebih banyak

Keuntungan Inseminasi Buatan :
·         Penggunaan Pejantan Lebih sedikit ( 1 : 10 – 25 )
·         Memudahkan persilangan pejantan - pejantan unggul yang sulit melakukan perkawinan secara alami
·         Menghasilkan anak ayam yang seragam dalam waktu yang relatif singkat

Syarat – syarat Inseminasi Buatan :
·         Pejantan :
·         Sehat dan tidak cacat mental
·         Umur 7 – 24 bulan
·         Terlatih diambil spermanya
·         Memiliki mutu genetik yang baik
·         Dipelihara terpisah dengan betina
·         Betina :
·         Sehat dan tidak cacat mental
·         Umur 7 – 12 bulan
·         Minimal telah mengalami periode peneluran pertama
·         Berproduksi tinggi
·         Dipelihara dalam kandang baterry individual
·          
Alat dan bahan yang dibutuhkan :
·         Syringe ( pipet ) 1 ml/cc
·         Larutan NaCL 0,85 %
·         Kapas Beralkohol 70 %
·         Botol kecil
·         Sarung tangan
·         Alat dan bahan harus dalam keadaan steril
Pelaksanaan Inseminasi Buatan :
·         Dilakukan pada waktu sore hari ( dari jam 15.00 keatas )
·         Dilakukan oleh 2 orang dan menggunakan sarung tangan ( satu orang mengurut dan yang satu orang lagi menampung sperma )
·         Bulu di sekitar kloaka pejantan dipotong dan dibersihkan ( supaya sperma yang keluar tidak menempel di bulu dan pejantan lebih mudah terangsang )
·         Periode inseminasi sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu
·         Telur hasil inseminasi diambil pada hari kedua – ke tujuh setelah inseminasi buatan
·         Pengambilan Sperma pada pejantan :
·         Rangsang pejantan dengan mengusap dari kepala, punggung sampai ke bagian ekor 1 kali atau beberapa kali
·         Setelah terjadi ereksi, pangkal lunak kloaka ditekan oleh telunjuk dan ibu jari
·         Tampung sperma dengan botol
·         Cara pengenceran sperma :
·         Sperma yang telah ditampung di botol di sedot menggunakan syringe 1 ml/cc (untuk mengetahui berapa banyak sperma yang diambil)
·         Masukan kembali sperma kedalam botol kemudian campur dengan larutan NaCl fisiologis 0.85 % dengan perbandingan 1:1 – 4 (tergantung kekentalan sperma)
·         Sperma yang sudah dicampur disedot dengan syringe 1ml/cc
·         Sperma yang sudah dicampur harus didistribusikan maksimal 30 menit
·         Cara Memasukan sperma kedalam vagina betina :
·         Bersihkan kloaka betina dengan kapas beralkohol
·         Swab syringe dengan kapas alkohol (setiap mau memasukan syringe ke vagina)
·         Masukan sperma sebanyak 0,2cc ke Ductus Ovarius pada kedalaman 3cm (intra vagina) atau 7-8cm (intra uterus)

Search Our Site

Bookmark Us